Dairi- Indonesia24.com:
Merdeka secara hakiki masih belum dirasakan 128 Kepala Keluarga, masyarakat Desa Sinar Pagi, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.
Pendapat ini sungguh punya alasan dimana desa Sinar Pagi ini, terletak di balik bukit pegunungan Leuser ini,masih terbelenggu kesulitan akses jalan menuju dunia luar. Sehingga bagai anak tiri yang terlupakan oleh Pemerintah Kabupaten Dairi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Desa yang berada di wilayah Kecamatan Tanah Pinem ini, ironisnya roda perekonomian masyarakatnya malah ke desa Pardomuan Kecamatan Siempat Nempu Hilir bukan ke Kecamatan Tanah Pinem.
Sementara untuk ke Kecamatan Tanah Pinem, aksesnya terlalu jauh. mereka mesti berjalan kaki melalui desa Lau lebah Kecamatan Gunung Sitember berjarak sekitar lebih kurang 8 Kilometer.
Dan dari desa Lau Lebah itu lebih kurang 40 kilometer lagi menuju desa Kuta Buluh, ibukota Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi.
Kepala Desa Sinar Pagi, Bernadus Sinaga ketika jumpa dengan Tim LSM Somasi Kabupaten Dairi dan media Indonesia24.com baru baru ini Kamis (1/8) dianya, sedang berada di dusun Barisan Malim Desa Lae Haporas Kecamatan Siempat Nempu Hilir untuk memantau perbaikan jalan untuk menuju dusun 1 Sinar Pagi.
Disebutkan jalan yang di perbaiki itu merupakan jalan Pemerintah Kabupaten Dairi, namun dari dulu hingga sekarang belum juga mendapat pembangunan.
“ atas musyawarah masyarakat desa dan BPD desa kami, memperbaiki jalan ini agar sedikit demi sedikit bisa dilalui kenderaan”
Dijelaskanya jalan layak sudah sangat dibutuhkan warganya untuk berinteraksi ke dunia luar karena selama ini akses jalan selama ini hanya lumpur, cukup sulit untuk dilintasi, ujarnya.
Selain akses jalan layak sangat dibutuhkan. Kepala Desa Sinar Pagi ini juga berharap agar pihak Pemerintah Kabupaten Dairi menggabungkan desanya ke wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hilir, mengingat jarak yang lebih dekat.
Dari desa Sinar Pagi, ke kantor Camat Siempat Nempu Hilir, bisa ditempuh dengan kenderaan, sekitar 1.5 jam jika musim kemarau, ujarnya.
Menurutnya, selain jarak yang lebih dekat ke Kecamatan Siempat Nempu Hilir. Ke Pekan desa Pardomuan, selama ini telah terjadi hubungan ekonomi, hubungan sosial peradatan, tidak ada ke Kecamatan Tanan Pinem.
“ hanya struktur pemerintahan saja kami ke Kecamatan Tanah Pinem selebihnya tidak ada” ujarnya.
Sementara untuk urusan struktur Pemerintahan, ke Kecamatan Tanah Pinem, Bernadus Sinaga menjelaskan cukup jauh, mesti melewati 4 Kecamatan dari pinggir hutan dan balik gunung.
Yakni dari Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kecamatan Gunung Sitember, Kecamatan Tigalingga dan Kecamatan Tanah Pinem sendiri.
“untuk melintasi itu dibutuhkan waktu sekitar 5 jam, plus jarak tempuh lebih kurang 60 kilometer, cukup, dan sa gat melelahkan” ujarnya.
Ketika ditanyakan dengan kondisi jalan yang cukup menyulitkan bagi warganya, bagaimana dengan transaksi jual beli ke Pekan Desa Pardomuan seperti hasil pertanian jagung, kemiri dan kacang kacangan yang cukup banyam dari desanya pakai kenderaan apa diangkut mengingat kondisi jalan cukup rusak kurang layak dilalui kenderaan serta rawan terjadi insiden banyak tanjakan dan menurun, ditambah jurang cukup dalam?
Dengan mimik wajah prihatin, Bernadus Sinaga mengatakan hasil pertanian warganya hanya bisa diangkut dengan mobil jenis hardtop milik pengusaha. Dan hasil bumi dijual ke Pekan Desa Pardomuan Kecamatan Siempat Nempu Hilir dengan ongkos cukup lumayan besar.
“ berat beban di ongkos, untuk ongkos biaya per orang dikenakan 50.000 per orang (pp) sementara untuk barang yang dibawa pihak angkutan membuat tarif Rp.500/ kg” ujarnya.
Menanggapi kesulitan yang dihadapi warga Masyarakat Desa Sinar Pagi itu selama ini. Ketua DPC LSM. Somasi Kabupaten Dairi yang ikut kelapangan, Herrinton Nababan merasa prihatin.
Pemerintah Kabupaten Dairi diharapkan sudah bisa memperhatikan nasip 128 KK warga desa Sinar Pagi untuk membangun jalan yang layak dan memindahkan status Desa Sinar Pagi dari wilayah Kecamatan Tanah Pinem ke wilayah Kecamatan Siempat Nempu Hilir, agar mereka merasakan Merdeka yang lebih hakiki bukan seperti masih dijajah berbagai kesulitan, ujarnya ( ginting )